Contoh
kasus
Analisis
Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kepuasan Kerja
Semakin
maraknya wisata kuliner yang akhir-akhir ini menjadi ikon dari kota Surabaya,
memberikan dampak yang berarti pula bagi industri makanan baik yang berskala
kecil maupun yang berskala besar. Pada tahun 2008, jumlah restoran yang
terdaftar mencapai 300 unit, dan di tahun 2009 menjadi 500 unit, sedangkan yang
belum terdaftar jumlahnya mencapai 1500 unit (http://www.surya.
co.id).
Data tersebut dapat memberikan gambaran bahwa jumlah tenaga kerja yang dapat
diserap dari sektor restoran cukup tinggi, hal ini merupakan keuntungan yang
dapat dipetik khususnya bagi masyarakat Surabaya, karena peluang untuk men dapatkan
lapangan pekerjaan akan semakin luas.
Disisi lain, industri restoran di Surabaya
saat ini mengalami persaingan yang cukup tinggi. Mengingat begitu banyaknya
restoran baru yang selalu muncul membuat setiap restoran harus memiliki
keunggulan kompetitif yang dapat membuat mereka survive dalam menjalankan
bisnis mereka. Setiap organisasi perusahaan beroperasi dengan menggunakan
seluruh sumber daya yang ada untuk dapat menghasilkan produk baik barang atau
jasa yang bisa dipasarkan. Dalam hal ini pengelolaan sumber daya yang dimiliki
perusahaan meliputi sumber daya finansial, fisik, sumber daya manusia, dan
kemampuan teknologis dan sistem (Simamora, 1993). Restoran yang ada di Surabaya
saat ini juga diharuskan untuk mengelola sumber daya yang dimiliki dengan baik,
mengingat sumber-sumber yang dimiliki juga bersifat terbatas, sehingga setiap
restoran dituntut untuk mampu memberdayakan dan juga mengoptimalkan penggunaan
sumber dayanya dengan baik, supaya dapat mempertahankan kelangsungan hidup
perusahaan.
Karyawan
sebagai sumber daya manusia yang dimiliki oleh restoran menempati posisi
strategis dalam sebuah perusahaan diantara sumber daya lainnya, sehingga untuk
dapat menghasilkan output yang sesuai dengan harapan perusahaan, sudah
seharusnya sumber daya manusia dikelola dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Seringkali
masalah
yang berkaitan dengan sumber daya manusia terus meningkat, khususnya
berhubungan dengan supplytenaga kerja yang terampil, memiliki kemampuan
adaptasi yang tinggi, dan mampu menghadapi ambiguitas atau kerancuan yang
terjadi.
Sumber
daya manusia mempunyai andil yang besar bagi keberhasilan bisnis,khususnya
apabila sumber daya manusia tersebut sudah siap pakai dan
berpengalaman.
Namun perusahaan juga tidak dapat menentukan secara pasti juga bagaimana
caranya untuk merekrut, mempertahankan, dan memotivasi sumber daya manusia yang
semakin beragam. Selain hal tersebut, perusahaan sering kali juga terkendala
dengan bagaimana caranya untuk mendapatkan individu yang memiliki ketrampilan,
pengetahuan, dan kemampuan yang tepat. Hal itu semua akhirnya bermuara pada bagaimana
mengarahkan sumber daya manusia yang ada supaya
dapat
menjadi sumber keunggulan yang kompetitif.
Seringkali yang terjadi, para karyawan yang
bekerja di restoran memiliki ketrampilan, pengetahuan, dan kemampuan yang cukup
untuk bekerja sesuai standar yang ditetapkan. Namun permasalahan yang muncul
terletak pada bagaimana mempertahankan karyawan untuk tetap dapat bekerja
sesuai dengan tuntutan yang ada, dan selalu bersemangat dalam setiap
pekerjaannya. Salah satu penyebab yang terjadi adalah berkaitan dengan kepuasan
kerja karyawan. Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan
mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan
dan prestasi kerja. Kepuasan kerja dinikmati dalam pekerjaan, luar pekerjaan,
dan kombinasi dalam dan luar pekerjaan (Hasibuan, 2001:202).
Seorang
karyawan akan dapat bekerja dengan lebih baik dan prestasi mereka akan
meningkat pada saat mereka puas akan pekerjaan yang mereka lakukan. Menurut
Robbins,
“Kepuasan kerja adalah sebagai suatu sikap umum seorang individu terhadap
pekerjaannya. Pekerjaan menuntut interaksi dengan rekan kerja, atasan,
peraturan dan kebijakan organisasi, standar kinerja, kondisi kerja dan
sebagainya. Seorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan sikap positif
terhadap kerj
a
itu, sebaliknya seseorang tidak puas dengan pekerjaannya menunjukkan sikap negatif
terhadap kerja itu.” (Robbins, 1996 : 179). Dari pernyataan Robbins diketahui
bahwa kepuasan kerja cenderung bersifat subjektif karena berkaitan
dengan
individu masing-masing.
Penulis
melakukan observasi mengenai kepuasan kerja, dengan obyek karyawan yang bekerja
di Pakuwon Food Festival, Pakuwon City, Surabaya. Dalam observasi yang telah
dilakukan, ada beberapa fenomena yang muncul dari para karyawan tersebut.
Yang
pertama, tampak bahwa persaingan antar restoran yang ada di Food Festival
sangatlah tinggi, hal ini terlihat dari begitu agresifnya tiap restoran dalam
menawarkan produk yang mereka jual. Baik secara promosi tertulis, maupun dari
staf yang menawarkan kepada setiap pengunjung yang lewat.
Kondisi
ini terjadi karena jumlah pengunjung yang relatif tidak stabil tiap harinya,
dalam sebuah kesempatan penulis melakukan pembicaraan singkat dengan seorang
manajer di salah satu restoran. Dalam pembicaraan tersebut dikatakan bahwa
jumlah pengunjung di Food Festival selalu tidak menentu, terkadang sangat ramai
dan terkadang sangat sepi. Sehingga terkadang pada saat sepi pengunjung yang
makan
di restoran hanya sekitar 10 orang. Sehingga manajer tersebut dituntut untuk
meningkatkan promosi untuk lebih menarik pengunjung lagi, kalau tidak tercapai
akan ada kemungkinan restoran tersebut akan tutup. Hal yang serupa juga
dikatakan
oleh
seorang supervisor di restoran yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar