Kamis, 25 Juni 2015

Psikoterapi- Client Centered Theraphy



Terapi client centered
Seseorang akan menghadapi persoalan jika diantara unsur-unsur dalam gambaran terhadap diri sendiri timbul konflik dan pertentangan, lebih-lebih antara siapa saya ini sebenarnya (real self) dan saya seharusnya menjadi orang yang bagaimana (ideal self). Berbagai pengalaman hidup menyadarkan orang akan keadaan dirinya yang tidak selaras itu, kalau keseluruhan pengalaman nyata itu sungguh diakui dan tidak di sangkal.
Contoh kasusnya
Pada terapi client centered ini seseorang remaja yang mengalami ketidakpercayaan diri yang diakibatkan oleh pengalaman yang tidak menyenangkan dimasa kecilnya. Remaja tersebut merasa jika dia berhadapan dengan orang lain merasa tidak berharga dan merasa gugup sampai-sampai remaja tersebut kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya karena dia kurang percaya diri. Menyadari hal tersebut remaja ini merasa sampai kapan hidupnya seperti ini terus. Akhirnya dia datang untuk terapi ke konselor, dia menceritakan apa masalah yang dihadapinya. Sang konselor pun menunjukan rasa empatinya terhadap kliennya, tetapi konselor tersebut berusaha agar kliennya itu untuk tidak bergantung dengan terapisnya tetapi terapis meyakini bahwa kliennya tersebut dapat menyelesaikan masalahnya itu sendiri dan dapat percaya diri dihadapan orang lain. Dan remaja tersebut mau mendengarkan apa yang diucapkan oleh terapis tersebut sampai akhirnya remaja tersebut menemukan kepercayaan dirinya kembali.
Pada proses terapinya, klien menjadi pusat dari terapi ini di mana terapis lebih membiarkan klien menemukan jalan keluarnya sendiri. Jadi remaja ini di buat mengerti dan paham akan masalah yang sedang dihadapinya dan terapis tidak memaksakan klien untuk menceritakan masalahnya bila klien sedang tidak ingin menceritakannya, klien hanya memberikan pandangan tentang masalah yang sedang dihadapinya sedangkan pilihan dan prosesnya klien yang menentukannya.