Perilaku : Budaya Anak Jaman
Sekarang Mengunjungi SEVEL
Deskripsi :
Waktu menunjukan pukul 19:25 wib.
Suasana di sebuah tempat nongkrong anak muda jaman sekarang 7-11 (seven eleven) atau yang biasa disebut
dengan SEVEL penuh dikunjungi para anak-anak muda mahasiswa,pelajar SMA ataupun para pegawai yang baru pulang kantor.
Saya pun segera membeli jajanan ala SEVEL yang telah tersedia untuk menemani
saya mengerjakan tugas,sementara itu rekan saya mengambil tempat yang masih
tersedia disini. Maklum saja waktu belum terlalu malam, jadi pengunjung pun
masih banyak yang berdatangan, dan bangku-bangku yang tersedia pun sebagian
sudah dipenuhi para pengunjung.
Disaat saya sedang memilih apa yang akan saya beli
untuk saya makan bersama rekan saya, saya amati para pengunjung sevel satu persatu.
Banyak diantara mereka ada yang sedang mengerjakan tugas kuliah atau tugas
sekolahnya, ada juga yang sedang melakukan meeting diluar jam kantor, serta ada
juga yang sekedar nongkrong-nongkrong setelah pulang kuliah ataupun kerja. Saya
pribadipun merasa cukup menikmati nongkrong di SEVEL ini. Ternyata disevel ini
bukan hanya sekedar minimarket biasa saja tetapi sekaligus menjadi tempat coffe shop kongkownya para anak muda
jaman sekarang.
Karena tempat yang nyaman lah yang menyebabkan
pengunjung lebih mau berlama-lama disini.
Perbedaan nongkrong di Amerika dengan di Indonesia. Di Amerika, yang
sangat mengagungkan pribahasa time is money,
orang-orang bertemu di restoran dan coffe
shop hanya untuk membahas hal-hal yang penting seperti bisnis. Masyarakat
di sana tidak suka berkumpul dalam jumlah yang banyak, sehingga tipikal coffe shop di sana lebih sunyi
dibandingkan warkop yang ada di Indonesia. Sangat kontras dengan di Indonesia,
disini orang-orang datang ke sevel ibarat datang ke sebuah tempat hiburan. Mereka
betah berlama-lama menghabiskan waktu disini.
Saya kira salah satu hal yang membikin
SEVEL ramai dikunjungi orang adalah environment-nya yang lebih “merakyat”. Suasananya yang khas ABG dan self-service.
Tidak ada jaim-jaiman. Pakai sandal jepit oke, pakai celana pendek oke, mau
merokok nggak ada yang melarang. Suasana seperti ini jarang kita temui seperti di
Starbuck atau J.Co. Di halaman parkir juga hanya ada beberapa mobil karena
memang ruangan parkirnya kecil. Di situ kendaraan didominasi oleh sepeda motor,
jadi kelihatan merakyatnya.
Suasana yang merakyat dan tidak
jaim inilah yang membuat mahasiswa yang berkantong pas-pasan pun pede
melenggang di SEVEL. Saya banyak mengamati kondisi demografis pengunjung SEVEL
dan saya menemukan strata sosial mereka campur, dari yang berkantong pas-pasan
seperti mahasiswa hingga yang tongkrongan-nya Mercy.
Dengan fasilitas wifi gratis, cemilan berpengawet, dan juga
pelayanan 24 jam membuat siapa saja betah berlama-lama menghabiskan waktu diSEVEL.
Terbukti ketika saya mengamati gadget pengunjung
yang ada disini. Kebanyakan mereka online bukan hanya menikmati internet gratis
untuk mengerjakan tugas saja, tetapi banyak diantara mereka ada yang membuka
jejaring sosial seperti twitter,facebook,foursquare, path serta jejaring sosial
lain. Kegiatan ini menyebabkan interaksi sosial antara orang-orang atau
teman-teman disampingnya jadi berkurang, karena banyak diantara mereka yang
sibuk sendiri saja. Mereka lebih memilih berinteraksi di dunia maya. Mungkin karena
menikmati wifi gratis sehingga interaksi mereka jadi kurang.
SEVEL juga menjadi pembelajaran
menarik bagi marketer karena ia mampu membentuk perilaku baru konsumennya,
yaitu kaum muda urban. Adanya SEVEL membentuk budaya nongkrong sampai pagi yang lebih merakyat. Menyelesaikan
tugas kuliah sendirian kini tidak jaman lagi: “garing!!!”. Mengerjakan tugas
kini dilakukan secara fun dan beramai-ramai malam hari, sambil ngemil, sambil
ngobrol, dan bersosialisasi. “Everything becomes social!!!”
Sekian observasi saya tentang budaya anak jaman
sekarang mengunjungi SEVEL. Saya menyadari, bahwa terkadang saya pun sering mengunjungi
tempat ini, hanya untuk kongkow setelah pulang kuliah. Tetapi ada baiknya kita
mengambil sisi positifnya dengan menjamurnya SEVEL dimana-mana.